Sejarah 25 Nabi dan Rasul
1. Nabi Adam Alaihissalam
Manusia pertama diciptakan
Manusia pertama di dunia, moyang dari seluruh umat manusia. Diciptakan dari tanah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Semua makhluk di surga bersujud kepadanya atas perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, hanya iblislah yang menolak, krn ia merasa dirinya yang diciptakan dari api lebih tinggi derajatnya daripada Adam. Sebagai akibatnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengusir iblis dari surga dan melaknatnya sampai hari pambalasan. Sejak itu iblis bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam dan keturunannya hingga hari kiamat nanti, sebagai balasan bagi Adam yang dianggapnya telah menyebabkan ia terusir dari surga.
Kisah penciptaan Adam, pembangkangan iblis, dan pengusiran iblis dari surga dinyatakan dalam surat Al-Baqarah: 30-38, Al-A’râf: 11-18, dan Shâd: 73-83.
Larangan buah Khuldi
Semula Adam Alaihissalam tinggal seorang diri di surga, namun kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan Hawa sebagai istrinya. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk dimakan di dalam surga. Godaan iblis ini berhasil, karena pada akhirnya Adam dan Hawa memakan buah itu. Meskipun sudah menyatakan tobat dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun sudah menerima tobat mereka, namun mereka berdua harus keluar dari surga, dan diturunkan ke bumi.
Kisah pelanggaran terhadap larangan buah khuldi, dan diturunkannya Adam dan Hawa ke bumi terdapat dalam surat Al-A’râf: 19-25 dan Thaha: 123.
Kisah Anak-anak Adam
Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam Alaihissalam mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima. Namun Qabil menolak karena Iqlima lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil berhak menentukan pilihannya.
Pembunuhan pertama di Bumi
Qabil tidak puas dengan kejadian ini. Atas hasutan iblis ia lalu membunuh Habil. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Setelah saudaranya tewas, Qabil merasa bingung mengenai apa yang harus ia lakukan terhadap jenazah saudaranya itu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh tersia-sia. Ia memberikan contoh kepada Qabil melalui perilaku burung yang menggali tanah untuk mengubur mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan. Qabil pun meniru perilaku burung tsb dan menguburkan jenazah Habil.
Kisah putra-putri Nabi Adam Alaihissalam ini terdapat dalam QS Al-Mâ’idah: 27-32.
–ooOoo—
2. Nabi Idris Alaihissalam
Nabi yang pandai menulis, menjahit, mengetahui ilmu binatang, dan menunggang kuda. Nabi Idris Alaihissalam diutus kepada anak cucu Qabil yang durhaka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia merupakan keturunan ke-6 dari Nabi Adam Alaihissalam. Ia termasuk salah seorang nabi yang sabar dan taat beribadah.
Menurut beberapa riwayat, Nabi Idris Alaihissalam hidup di Mesir. Ia berdakwah mengajarkan tauhid dan beribadah menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia wafat dalam usia 82 tahun. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam melakukan isra mi’raj, Nabi Idris Alaihissalam dijumpai di langit ke-6 dan memberi salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Dalam Al Quran terdapat 2 ayat yang menyebutkan tentang Nabi Idris Alaihissalam, yaitu surat Maryam ayat 56 dan 57.
–ooOoo–
3. Nabi Nuh Alaihissalam
Setelah berabad-abad berlalu dari masa Nabi Idris, dan moral manusia sudah terlalu jauh menyimpang dari kebenaran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan seorang nabi bernama Nuh. Ia merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam Alaihissalam.
Ia diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 480 tahun. Ia menjalankan misinya selama lima abad dan meninggal dalam usia 950 tahun.
Nabi Nuh terkenal sebagai nabi yang fasih berbicara, bijaksana, dan sabar dalam menjalankan tugas risalahnya. Namun demikian, ia hanya mendapatkan pengikut antara 70 sampai 80 orang, itu pun hanya dari kalangan orang-orang lemah.
Perahu Nabi Nuh
Melihat kaumnya yang keras kepala, Nabi Nuh Alaihissalam berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala supaya kaumnya itu ditimpa musibah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengabulkan doa Nabi Nuh Alaihissalam dan memerintahkan ia dan pengikutnya untuk membuat perahu. Segeralah Nabi Nuh Alaihissalam dan pengikutnya membuat perahu di atas bukit. Kaumnya yang keras kepala, termasuk seorang anaknya yang bernama Kana’an, terus mengolok-olok perbuatan Nabi Nuh Alaihissalam dan kaumnya ini. Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu ketika Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada disana. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorang pun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka meminta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori, setelah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.
Setelah perahu Nabi Nuh Alaihissalam selesai, Nabi Nuh mengajak seluruh pengikutnya naik ke atas kapal. Nabi Nuh juga membawa seluruh jenis binatang masing-masing sepasang untuk tiap jenis. Ini supaya kelak jenis hewan tsb bisa berkembang biak kembali dan tidak ikut punah.
Setelah itu, azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala berupa banjir besar yang dahsyat menghanyutkan seluruh kaumnya. Putra Nabi Nuh Alaihissalam, Kana’an, termasuk di antara mereka. Dari atas geladak kapal, didorong oleh hati kecilnya, Nabi Nuh Alaihissalam berteriak memanggil anaknya dan menyuruhnya bertobat, namun Kana’an tetap menolak sehingga akhirnya ia pun tenggelam.
Nabi Nuh Alaihissalam sangat bersedih dan menyesali sikap putranya yang tetap keras kepala sampai saat terakhir menjelang ajalnya. Ia menyampaikan kegundahan perasaannya ini pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberinya peringatan, bahwa meskipun putranya itu adalah keturunannya sendiri, tapi ia termasuk kafir karena mengingkari ajarannya.
Setelah kaum yang durhaka itu musnah, azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun berhenti. Kapal Nabi Nuh Alaihissalam tertambat di sebuah bukit. Kisah Nabi Nuh Alaihissalam termuat di Al Qur’an dalam 43 ayat, 28 ayat diantaranya terdapat dalam surat Nuh.
–ooOoo—
4. Nabi Hud Alaihissalam
Nabi Hud Alaihissalam turun di tengah-tengah kaum Aad yang terkenal memiliki fisik tegar dan berotot kuat. Namun moral mereka sangat buruk, di antara mereka berlaku hukum rimba, siapa kuat, dialah yang menang. Kaum ini hidup di negeri Ahqaf, yaitu antara Yaman dan Umman. Mereka adalah kaum penyembah berhala-berhala bernama Shamud, Shada, dan Al Haba. Kejahatan dan kemaksiatan mereka benar-benar keterlaluan.
Nabi Hud adalah seorang yang berlapang dada, berbudi tinggi, pengasih, penyantun, sabar namun cerdas dan tegas. Beliau adalah keturunan Sam bin Nuh Alaihissalam, putra Nabi Nuh. Beliau diutus ke tengah-tengah kaumnya untuk menegakkan kembali ajaran yang benar. Namun imbauan Nabi Hud Alaihissalam agar kaumnya sadar dan melangkah di jalan Allah tidak diindahkan, sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan azab dalam 2 tahap.
Tahap pertama berupa kekeringan yang hebat. Nabi Hud Alaihissalam berusaha meyakinkan mereka bahwa itu adalah azab Allah dan akan dicabut jika mereka bertobat dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kaum Aad tetap tidak percaya sehingga turunlah azab kedua berupa bencana angin topan yang dahsyat selama 7 malah 8 hari yang memusnahkan semua ternak dan tanaman. Bencana itu membinasakan kaum Aad yang congkak. Hanya Nabi Hud Alaihissalam dan kaumnya yang selamat dari azab tsb.
Dalam Al Qur’an, kisah Nabi Hud Alaihissalam terdapat dalam 68 ayat yang tertera dalam 10 surat, diantaranya surat Hûd: 50-60.
–ooOoo—
5. Nabi Saleh Alaihissalam
Nabi Saleh Alaihissalam, menurut silsilah, beliau adalah putra dari ‘Ubaidah bin Tsamud bin ‘Amir bin Iram bin Sam bin Nuh Alaihissalam. Ia diutus ke tengah-tengah bangsa Tsamud yang hidup di bekas reruntuhan kaum Aad. Bangsa Tsamud ternyata lebih pandai daripada kaum Aad. Setelah kaum Aad binasa, negeri mereka menjadi tandus dan kering. Kemudian negeri ini dibangun kembali oleh kaum Tsamud, sehingga bagai disulap menjadi negeri yang hijau dan makmur.
Akan tetapi seperti kaum pendahulunya, kaum Tsamud pun menjadi sombong dan lupa diri. Hukum rimba berlaku lagi, mereka yang kuat menekan mereka yang lemah. Mereka pun tidak mau mendengarkan dakwah Nabi Saleh Alaihissalam.
Mukjizat Nabi Saleh Alaihissalam
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh Alaihissalam menunjukkan mukjizat yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menghadapi tuntutan yang demikian, tak ada jalan lain bagi Nabi Saleh kecuali memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar memberikan mukjizat kepadanya. Allah mengabulkan doanya. Nabi Saleh Alaihissalam kemudian mengajak kaumnya pergi ke kaki gunung. Orang-orang itu mengikuti ajakan Nabi Saleh, tapi sebenarnya bukan karena mereka mempercayai Nabi Saleh, melainkan karena mereka berharap agar Nabi Saleh tak dapat mengeluarkan mukjizat, dengan demikian mereka dapat mengolok-olok dan menghina Nabi Saleh.
Tetapi betapa terkejutnya orang-orang kafir itu. Tak lama setelah mereka berkumpul di kaki gunung, muncullah seekor unta betina dari perut sebuah batu karang besar. Unta itu besar dan gemuk, belum pernah mereka melihat unta sebagus itu.
Nabi Saleh kemudian berpesan pada kaumnya, “Inilah unta mukjizat dari Tuhanku. Unta ini boleh kalian peras susunya setiap hari. Susunya tidak akan habis-habis. Tetapi perhatikan pesanku, unta ini harus dibiarkan berkeliaran bebas, tak seorang pun boleh mengganggunya. Unta ini berhak meminum air di sumur, bergantian dengan penduduk. Jika hari ini unta ini minum, maka tak seorang pun dari penduduk boleh mengambil air sumur. Sebaliknya esok harinya, para penduduk boleh mengambil air sumur dan unta ini tidak minum air itu sedikit pun juga.”
Kedurhakaan kaum Tsamud
Tetapi rupanya keberadaan unta yang membawa berkah air susu ini membuat orang-orang kafir menjadi iri kepada Nabi Saleh. Mereka lalu mengadakan sayembara, siapa yang berani membunuh unta Nabi Saleh akan mendapatkan hadiah berupa gadis cantik. Tersebutlah dua orang pemuda yang nekad mengikuti sayembara ini. Mereka sudah sepakat akan menikmati hadiah gadis cantik itu bersama-sama. Sungguh mesum niat kedua pemuda ini.
Demikianlah ketika unta itu baru saja minum di salah satu sumur penduduk, salah seorang dari pemuda itu melepaskan anak panah, tepat mengenai kaki unta. Unta itu berlari kesakitan, namun pemuda yang seorang lagi yang sudah siap dengan golok di tangan segera menghabisi unta itu. Mereka berhasil membunuh unta itu, dan memperoleh hadiah yang sudah dijanjikan.
Setelah unta itu mati, orang-orang kafir merasa lega. Mereka dengan berani menantang Nabi Saleh, “Hai Saleh, unta yang kau banggakan itu sekarang sudah kami bunuh. Kenapa tidak ada balasan siksa bagi kami? Kalau kau memang utusan Allah, tentunya kau dapat mendatangkan siksa yang kau ancamkan kepada kami!”
Berkata Nabi Saleh, “Kalian benar-benar telah berbuat dosa. Sekarang kalian boleh bersenang-senang selama 3 hari. Sesudah lewat 3 hari, maka datanglah ancaman yang dijanjikan Allah kepadamu.”
Waktu 3 hari itu sebenarnya adalah kesempatan bagi bangsa Tsamud untuk bertobat, tetapi mereka malah mengejek Nabi Saleh dan menganggapnya hanya membual. Belum sampai 3 hari mereka datang lagi kepada Nabi Saleh dan berkata, “Hai Saleh, kenapa tidak kau percepat datangnya siksa itu kepada kami?”
Nabi Saleh menjawab, “Wahai kaumku, mengapa kalian meminta disegerakan datangnya siksa? Bukan malah meminta kebaikan? Mengapa kalian tidak meminta ampun kepada Allah, semoha kalian diberi ampun.”
Azab bagi kesombongan Kaum Tsamud
Diam-diam orang-orang kafir itu merasa takut. Bukankah ucapan Nabi Saleh selalu terbukti kebenarannya? Bagaimana kalau siksa itu benar-benar datang kepada mereka?
Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?
Maka untuk mencegah datangnya siksa itu, sehari sebelum waktu yang dijanjikan, mereka mengadakan rapat gelap. Mereka bermaksud membunuh Nabi Saleh agar siksa itu tak jadi diturunkan. Sungguh bodoh akal mereka dan sungguh keji tindakan mereka. Apakah mereka mengira siksaan Allah dapat dibatalkan hanya karena mereka membunuh utusan-Nya?
Maha Suci Allah yang Maha Pengasih, Dia melindungi hamba-Nya, Nabi Saleh Alaihissalam. Beliau selamat dari rencana pembunuhan yang keji itu. Sedang untuk kaum Tsamu sendiri, akibat kedurhakaan mereka, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan azab yang sangat mengerikan. Bangsa Tsamud disambar petir yang meledak dan menggelegar membelah angkasa. Bumi juga ikut murka atas kesombongan bangsa yang ingkar itu. Gempa yang dahsyat telah menghancurkan dan memporak-porandakan tempat tinggal mereka yang megah dan besar. Sebelum azab diturunkan, atas kuasa Allah Nabi Saleh Alaihissalam dan keluarnya mengungsi ke Ramlah, sebuah tempat di Palestina.
Kisah Nabi Saleh Alaihissalam termuat di Al Qur’an dalam 73 ayat yang tersebar di 11 surat, diantaranya surat Al-A’râf: 73-79, Hûd: 61-68, dan Al-Qamar: 23-32.
–ooOoo–
6. Nabi Ibrahim Alaihissalam
Ibrahim dilahirkan di Babylonia, bagian selatan Mesoptamia (sekarang Irak). Ayahnya bernama Azar, seorang ahli pembuat dan penjual patung.
Nabi Ibrahim Alaihissalam dihadapkan pada suatu kaum yang rusak, yang dipimpin oleh Raja Namrud, seorang raja yang sangat ditakuti rakyatnya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Sejak kecil Nabi Ibrahim Alaihissalam selalu tertarik memikirkan kejadian-kejadian alam. Ia menyimpulkan bahwa keajaiban-keajaiban tsb pastilah diatur oleh satu kekuatan yang Maha Kuasa.
Semakin beranjak dewasa, Ibrahim mulai berbaur dengan masyarakat luas. Salah satu bentuk ketimpangan yang dilihatnya adalah besarnya perhatian masyarakat terhadap patung-patung. Nabi Ibrahim Alaihissalam yang telah berketetapan hati untuk menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menjauhi berhala, memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar kepadanya diperlihatkan kemampuan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati. Tujuannya adalah untuk mempertebal iman dan keyakinannya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memenuhi permintaannya. Atas petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala, empat ekor burung dibunuh dan tubuhnya dilumatkan serta disatukan. Kemudian tubuh burung-burung itu dibagi menjadi empat dan masing-masing bagian diletakkan di atas puncak bukit yang terpisah satu sama lain. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Nabi Ibrahim Alaihissalam untuk memanggil burung-burung tsb. Atas kuasa-Nya, burung yang sudah mati dan tubuhnya tercampur itu kembali hidup. Hilanglah segenap keragu-raguan hati Ibrahim Alaihissalam tentang kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ibrahim menghancurkan berhala kaum Babylonia
Orang pertama yang mendapat dakwah Nabi Ibrahim Alaihissalam adalah Azar, ayahnya sendiri. Azar sangat marah mendengar pernyataan bahwa anaknya tidak mempercayai berhala yang disembahnya, bahkan mengajak untuk memasuki kepercayaan baru menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ibrahim pun diusir dari rumah.
Ibrahim merencanakan untuk membuktikan kepada kaumnya tentang kesalahan mereka menyembah berhala. Kesempatan itu diperolehnya ketika penduduk Babylonia merayakan suatu hari besar dengan tinggal di luar kota selama berhari-hari. Ibrahim lalu memasuki tempat peribadatan kaumnya dan merusak semua berhala yang ada, kecuali sebuah patung yang besar. Oleh Ibrahim, di leher patung itu dikalungkan sebuah kapak.
Mukjizat Allah: Api menjadi dingin
Akibat perbuatannya ini, Ibrahim ditangkap dan diadili. Namun ia menyatakan bahwa patung yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala mereka dan menyarankan para hakim untuk bertanya kepadanya. Tentu saja para hakim mengatakan bahwa berhala tidak mungkin dapat ditanyai. Saat itulah Nabi Ibrahim Alaihissalam mengemukakan pemikirannya yang berisi dakwah menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Hakim memutuskan Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai hukumannya. Saat itulah mukjizat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala turun. Atas perintah Allah, api menjadi dingin dan Ibrahim pun selamat. Sejumlah orang yang menyaksikan kejadian ini mulai tertarik pada dakwah Ibrahim Alaihissalam, namun mereka merasa takut pada penguasa.
Langkah dakwah Nabi Ibrahim Alaihissalam benar-benar dibatasi oleh Raja Namrud dan kaki tangannya. Karena melihat kesempatan berdakwah yang sangat sempit, Ibrahim Alaihissalam meninggalkan tanah airnya menuju Harran, suatu daerah di Palestina. Di sini ia menemukan penduduk yang menyembah binatang. Penduduk di wilayah ini menolak dakwah Nabi Ibrahim Alaihissalam. Ibrahim Alaihissalam yang saat itu telah menikah dengan Siti Sarah kemudian berhijrah ke Mesir. Di tempat ini Nabi Ibrahim Alaihissalam berniaga, bertani, dan beternak. Kemajuan usahanya membuat iri penduduk Mesir sehingga ia pun kembali ke Palestina.
Ibrahim menikahi Siti Hajar
Setelah bertahun-tahun menikah, pasangan Ibrahim dan Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Untuk memperoleh keturunan, Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi Siti Hajar, pembantu mereka. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.
Ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam berusia 90 tahun, datang perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar ia meng-khitan dirinya, Ismail yang saat itu berusia 13 tahun, dan seluruh anggota keluarganya. Perintah ini segera dijalankan Nabi Ibrahim Alaihissalam dan kemudian menjadi hal yang dijalankan nabi-nabi berikutnya hingga umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga memerintahkan Ibrahim Alaihissalam untuk memperbaiki Ka’bah (Baitullah). Saat itu bangunan Ka’bah sebagai rumah suci sudah berdiri di Mekah. Bangunan ini diperbaikinya bersama Ismail Alaihissalam. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 127.
Ibrahim Alaihissalam adalah nenek moyang bangsa Arab dan Israel. Keturunannya banyak yang menjadi nabi. Dalam riwayat dikatakan bahwa usia Nabi Ibrahim Alaihissalam mencapai 175 tahun. Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam terangkum dalam Al Qur’an, diantaranya surat Maryam: 41-48, Al-Anbiyâ: 51-72, dan Al-An’âm: 74-83.
–ooOoo—
7. Nabi Ismail Alaihissalam
Nabi Ibrahim mengasingkan Hajar dan anaknya
Dengan kelahiran bayi Ismail, Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim Alaihissalam, berangsur-angsur merasa cemburu sehingga ia meminta kepada suaminya agar memindahkan Hajar dan anaknya ke suatu tempat yang jauh. Atas wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Ibrahim Alaihissalam memenuhi kehendak istrinya. Ia kemudian memindahkan Hajar dan bayinya ke tengah padang pasir di Mekah, dekat sebuah bangunan suci yang kemudian dikenal sebagai Ka’bah. Ia kemudian meninggalkan keduanya di tempat itu karena harus kembali ke Palestina untuk menemui Sarah. Dalam perjalanan pulang itu Ibrahim tak henti-hentinya memanjatkan doa memohon keselamatan bagi istri dan putra yang ditinggalkannya.
Mukjizat Air Zamzam
Setelah makanan yang ditinggalkan habis, Hajar bersusah payah mencari air. Atas pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui malaikat Jibril, tiba-tiba di dekat Ismail muncul sebuah mata air yang bening. Mata air itulah yang dikenal sebagai sumur zamzam dan masih ada hingga saat ini.
Ismail yang sudah beranjak remaja sangat menggembirakan hati Ibrahim, namun kegembiraan itu tiba-tiba buyar karena perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala lewat mimpinya yang meminta agar anak kesayangannya itu disembelih. Mula-mula Ibrahim sangat sedih menerima mimpi itu, namun sebagai orang yang saleh dan taat ia berniat menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala tsb dan kemudian menyampaikan berita itu kepada putranya. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya untuk melaksanakan perintah itu.
Pada akhirnya, ketika hal tsb dilaksanakan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan anjuran menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha.
Nabi Ismail Alaihissalam menikah dengan seorang anak pendatang baru di kawasan sumur zamzam. Anak itu berasal dari suku Jurhum. Ia kemudian menjadi penjaga sumur zamzam yang semakin hari semakin ramai dikunjungi orang. Menurut riwayat, Nabi Ismail Alaihissalam meninggal dalam usia 137 tahun.
Kisah Nabi Ismail Alaihissalam yang tidak bisa dilepaskan dari kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam diceritakan di Al Qur’an dalam 30 ayat yang tersebar dalam 5 surat, diantaranya adalah surat Ibrâhîm: 35-40, dan Al-Baqarah: 124-129.
–ooOoo—
8. Nabi Luth Alaihissalam
Nabi Luth Alaihissalam adalah kemenakan Nabi Ibrahim Alaihissalam. Ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam berhijrah dari kota Harran menuju Palestina bersama istri dan para pengikutnya, Luth bin Harun ikut bersama mereka.Ibrahim bersama Luth kemudian menuju Mesir di saat musibah kelaparan melanda Palestina. Setelah musibah itu mereda, mereka kembali dari Mesir dengan membawa ternak yang diberikan raja Mesir kepada mereka. Berhubung padang rumput yang ada tidak mencukupi bagi ternak yang banyak itu, maka sering timbul pertikaian antara gembala-gembala Ibrahim dan gembala-gembala Luth.
Untuk mengatasi pertikaian ini, Ibrahim kemudian menawarkan kepada Luth memilih tempat lain untuk menggembalakan ternaknya. Luth memilih Yordania, dimana disana terdapat dua kota, yaitu Sadum dan Gomorrah, dan Luth menetap di kota Sadum.
Moral penduduk kota Sadum luar biasa rusaknya. Mereka melakukan berbagai kejahatan, seperti merampok, berzina, dan yang paling parah dan belum pernah dilakukan oleh seorang pun di antara anak-anak Adam, mereka memuaskan nafsu seksual dengan sesama jenis.
Nabi Luth Alaihissalam berdakwah untuk memerangi kezaliman itu. Namun ia tidak berhasil, bahkan istrinya termasuk orang yang melakukan penyimpangan kaumnya itu.
Kebiadaban kaum Luth Alaihissalam digambarkan dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabût: 28-29.
Beberapa malaikat menuju Sadum
Nabi Luth Alaihissalam kemudian berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar kaumnya diberi azab. Menurut Nabi Luth Alaihissalam, itulah satu-satunya cara untuk membasmi umatnya agar akhlak yang rusak itu tidak menyebar ke umat-umat di wilayah lain, disamping sebagai pelajaran bagi umat di sekelilingnya.
Doa Luth terkabul. Beberapa malaikat datang ke rumah Ibrahim Alaihissalam sebagai tamu yang menyamar dalam bentuk pemuda-pemuda. Mereka memberitakan pada Ibrahim bahwa mereka akan membinasakan penduduk Kota Sadum disebabkan pembangkangan mereka terhadap Nabi Luth Alaihissalam dan perbuatan-perbuatan keji mereka.
Ibrahim sangat terkejut mendengar berita ini, karena disana terdapat putera saudaranya, yaitu Luth. Namun para malaikat itu mengatakan, “Kami tahu bahwa di sana terdapat Luth, dan bahwa kebinasaan tidak terjadi kecuali atas orang-orang kafir yang tidak beriman kepada Allah. Adapun Luth dan keluarganya serta para pengikutnya, mereka itu pasti akan selamat, kecuali istrinya yang akan ditimpa siksaan seperti orang-orang kafir, dan kedudukannya sebagai istri Luth tidak bisa menyelamatkannya, karena buruk perbuatannya disamping ia mengkhianati suaminya serta terus membangkang dan berada dalam kekafiran”.
Kisah kedatangan para malaikat kepada Ibrahim Alaihissalam ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabût: 30-32.
Malaikat bertamu ke rumah Luth
Para mal
download now